Bumi asih adalah nama perumahan dinas Bank Indonesia di Banjarmasin. Perumahan ini hanya terdiri dari 5 rumah, 1 pos satpam, 2 ayunan, lapangan voli dan tenis. Aku pindah kesini ketika mau tahun kedua di Banjarmasin, sebelumnya di Dharma Praja.
Awal-awal di Bumi Asih
Dulu, aku tu orang yang gak mudah akrab dengan orang lain, aku adalah orang yang harus diduluin ketika berkenalan.
Nah awal-awal di Bumi Asih aku lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah dan sekolah, sama sekali gak pernah main dengan tetangga. Berbeda dengan adikku yang langsung bisa akrab dengan tetangga dan main dengan tetangga.
Kalau gak salah, aku bisa akrab dengan tetangga 3 hari kemudian, HAHA itu karena ibuku bujuk aku mati-matian. Aku kenalan dengan anak-anak disitu, hanya ada 4 orang anak laki-laki dan 1 anak perempuan (masih TK), yang usianya dekat dengan aku cuma 1 orang, namanya Danu, setahun lebih muda dariku.
Sore itu kami main sepak bola. Awal-awal kami main di jalan beraspal didepan rumah, ya ada 3 kali, setelah itu kami memutuskan untuk main di dekat ayunan supaya bisa lebih leluasa.
![]() |
Salah satu ayunan di Bumi Asih |
Beberapa hari kemudian Danu dan Pras (adiknya Danu) bawa teman-temannya, Verdy - Ivan - Sefi. Dan semenjak itu kami sering kali membawa teman-teman kami, teman sekolah maupun yang tidak satu sekolah.
Dengan bertambahnya teman bermain, kamipun memutuskan untuk memperluas daerah bermain kami, lapangan voli yang nganggur kami ikutkan ke daerah bermain kami, lapangan voli tersebut tidak jauh dari ayunan.
![]() |
Lapangan voli Bumi Asih |
Satpam, Bang Amat, angkatan darat dan temannya
Makin lama tidak hanya kami dan teman-teman sepantaran kami yang ikut bermain sepakbola, tetapi juga bang Amat, satpam perumahan, seorang angkatan darat & temannya.
Kami bermain hampir tiap sore dan selalu ada saja lelucon yang mereka buat. Salah satunya kalau ada pemain tim lawan hendak mencetak gol, pemain tersebut diangkat dan dijauhkan dari bola, haha.
Gawang yang lebih baik
Banyak hal baru yang kami dapat semenjak ada mereka, salah satunya adalah gawang yang lebih baik dari sebelumnya.
Mereka membuatkan gawang yang lebih baik. Tiang gawang yang sebelumnya adalah sandal diubah menjadi bambu, HAHAHAHA.
Merekapun selalu membantu kami ketika bambu-bambu tersebut rubuh.
Sate langganan Bumi Asih
Bumi Asih juga punya sate langganan. Sate asli Madura.
Uniknya dari sate ini adalah pamannya sangat sangat pelit ngasih bonus! HAHAHAHA itu mengesalkan, tetapi juga unik. Soalnya biasanya kalau udah langganan, paman-paman sate suka ngasih bonus, tetapi enggak dengan paman sate yang satu ini. HAHAHAHA peace, paman!
Tapi biarpun pelit ngasih bonus dalam hal per-sate-an, dia selalu setia menghadirkan lelucon-lelucon ke anak-anak Bumi Asih. Dan ada juga ikut bermain sepakbola di Bumi Asih.
Bumi Asih ditinggal angkatan darat & temannya yang penuh lelucon
Ada 1 tahun aku hidup di Bumi Asih, angkatan darat dan temannya yang biasanya main bersama kami meninggalkan kami, salah satu dari mereka pindah ke rumah dinas Angkatan Darat didekat Dharma Praja dan salah satunya lagi pindah ke Jakarta. Dan tinggal bang Amat dan satpam yang bisa membantu kami ketika tiang gawang rubuh.
Untungnya Bang Amat pacaran dengan tetangga
Bang Amat pernah pacaran dengan tetangga Bumi Asih, rumah pacarnya ada disamping Bumi Asih.
Bang Amat seringkali pacaran di dekat ayunan Bumi Asih, dekat lapangan bermain kami. Karena dari situ bang Amat bisa dengan mudah ngobrol dengan pacarnya. Tapi juga gak cuma bang Amat yang dimudahkan, melainkan juga kami yang biasa bermain sepakbola di dekat ayunan. Bola yang kami gunakan sering kali ke rumah pacarnya bang Amat, dan kalau kami mau kami sendiri yang mengambil ke rumahnya wahhhh bisa mampus lah kami! Karena rumahnya dijaga banyak anjing.
Haha nah untungnya bang Amat pacaran dengan anak tetangga, jadinya kami bisa minta tolong bang Amat dan pacarnya itu. Dan untungnya lagi pacarnya tetap mau mengambilkan bola ketika lagi putus dengan bang Amat, hahahaha.
Bumi Asih menjadi homebase FC Perselam
FC Perselam adalah klub buatanku dan teman-teman SMPN 6 Banjarmasin. Kepanjangan dari Perselam adalah Persatuan Sepakbola Lambung Mangkurat. Lambung Mangkurat diambil dari nama stadion yang biasanya kami gunakan.
Klub ini berisikan sekitar 30 pemain (haha lupa jumlah pastinya, karena datanya sudah hilang). Dan homebase klub ini adalah Bumi Asih, sebenarnya ingin di Stadion yang biasanya kami gunakan, tetapi karena tidak memungkinkan ya dengan tidak terpaksa tidak jadi dan kami tetapkan Bumi Asih sebagai homebase kami.
Di Bumi Asih pun hampir tidak terwujud, yaitu ketika mengurus ijin para pemain untuk latihan di Bumi Asih. Satpam sempat keberatan memasukkan para pemain ke dalam Bumi Asih, karena sangat banyak dan sangat memungkinkan terjadinya keramaian sehingga mengganggu para penghuni. Tetapi untungnya dengan kecerdikan dan keahlian negosiasi kami, para pemain pun boleh latihan di Bumi Asih, HUAHAHAHAHA.
Hampir setiap minggu kami berlatih bersama, dan jika ada pertandingan banyak pula yang berkumpul terlebih dahulu di Bumi Asih, kemudian berjalan bersama ke stadion yang tidak jauh dari Bumi Asih (KM 4.5 - KM 6).
O iya, Di Klub ini Aku ditunjuk sebagai Kapten tim lho! Huahahahaha sombongnya euy!
Hahahaha itu karena aku yang pertama mempunyai ide membuat klub ini, sehingga aku yang semacam dituakan.
Tapi menurutku, semua pemain adalah kapten. Karena mereka selalu bermain layaknya seorang kapten.
Bumi Asih tak hanya tempat bermain sepakbola
Bumi Asih tak hanya untuk kami bermain sepakbola, tetapi juga tempat kami berlelucon dan curhat. Usai main bola, seringkali kami berlelucon dan curhat di Ayunan atau lesehan di lapangan voli/tenis, tak jarang pula lesehan di teras toilet, HAHA.
Lapangan tenis juga sering kali disulap menjadi lapangan bermain layang-layang, lomba lari, lapangan basket, lapangan baseball, dan petak umpet, HAHA.
![]() |
Lapangan Tenis Bumi Asih |
Ketika kelulusan SMP dan aku dipastikan lulus dari jenjang SMP, aku sebagai kapten memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Jogja. Karena pendidikan di Jogja adalah salah satu cita-citaku semenjak SD kelas 4.
Yah, itu sangat menyedihkan. Sama menyedihkannya ketika meninggalkan Sampit dan Samarinda.
Bumi Asih terasa seperti di kampung halaman, juga terasa seperti ketika hidup di Samarinda.
Tetapi aku tetap optimis kegiatan di Bumi Asih tetap berjalan seperti biasa, karena orangtua dan adikku masih disana dan begitu juga dengan Danu & Pras. Kalau orangtua dan adikku masih disana, pastinya aku bisa sering kali mengunjungi Bumi Asih, dan aku masih bisa menghidupkan sepakbola disana kalau masih ada adikku - Danu - Pras, karena mereka bagian awal mula dan orang-orang yang sangat berpengaruh di Bumi Asih, ibarat akar pada pohon atau ibarat tiang-tiang penyangga rumah.
Bumi Asih ditinggal lagi dan entah bagaimana sekarang
Satu tahun kemudian, tepatnya 1 tahun aku hidup di Jogja, ayahku dipindahkan ke daerah lain lagi, yakni ke Purwokerto, otomatis ibu & adikku juga harus ikut. Tidak hanya ayahku yang dipindahkan, tetapi juga ayah Danu & Pras, tetapi bukan ke Purwokerto, melainkan ke Bali.
Yap, itu berita yang membuatku shock, karena bisa membuatku sulit ke Banjarmasin dan memungkinkan Bumi Asih menjadi sepi.
Sebelum mereka meninggalkan Bumi Asih, aku punya libur yang lumayan panjang. Aku memutuskan untuk berlibur ke Banjarmasin, dan mungkin bisa dibilang itu liburan terakhirku bersama mereka di Bumi Asih. Kami menghabiskan waktu dengan berlelucon, curhat dan main sepakbola, seperti apa yang pernah kami lakukan dulu.
Dan entah bagaimana sekarang, setelah kami semua meninggalkan Bumi Asih. Apakah masih ada yang bermain sepakbola lagi, apakah Bumi Asih masih asik seperti dulu. Entahlah....