Namun seiring berjalannya waktu, saya sadar yang pernah saya lakukan tersebut adalah hal yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain, meskipun itu hal yang lumrah di lingkungan saya ketika itu. Saya merasa diri saya 11-12 dengan koruptor jika saya melakukan hal tersebut. Selain itu juga masih banyak di luar sana yang ingin menimba ilmu di jenjang perkuliahan, seharusnya kita yang diberi kesempatan menimba ilmu di jenjang perkuliahan bisa bersyukur dan menggunakan kesempatan tersebut dengan baik. Jaga nikmat itu dari kerusakan! Siapa tau nikmat itu tidak kita terima lagi kelak. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang di bisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dengan urat lehernya. yaitu ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya. satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapan pun yang di ucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 16-18)
Titip absen ataupun menyontek merupakan kegiatan menipu. Rasulullah saw bersabda “Dan barang siapa menipu kami, maka dia bukanlah termasuk golongan kami” (HR.Muslim). Dalam konteks titip absen dan menyontek, yang ditipu adalah dosen dan mahasiswa/wi lainnya. Tetapi dalam hal kerugian tentu saja tidak hanya dua pihak itu yang mendapat kerugian, tetapi juga yang menipunya. Mengapa yang menipunya mendapatkan kerugian juga? 1. terkait dosa; 2. bisa menjadi kebiasaan buruk.
Kemudian, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah:2). Naudzubillahimindzalik.
Alhamdulillah saya tidak melakukan titip absen maupun menyontek lagi, bahkan saya melaporkan orang-orang seperti itu. Ya tentu ada tekanan yang amat besar dari lingkungan. Ada saja yang berucap “itu urusan ku, terserah mau titip absen atau tidak, terserah mau menyontek atau tidak. Tidak usah ikut campur. Itu bukan urusanmu, uruslah urusanmu sendiri. Jangan sok-sokan menjadi pahlawan. Di kampus lain saja biasa saja yang seperti itu”. Ada pula yang berucap “memangnya absen dibawa mati? Memangnya nilai dibawa mati?”. Nah! Kalau absen tidak begitu penting buat dia yang curang lalu mengapa bersusah payah titip absen/curang dalam hal absensi? Nilai pun tak dibawa mati, tetapi mengapa bersusah payah menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus? Tujuan hidup saya adalah akhirat. Dasar saya melaporkan yaitu untuk: 1. Tujuan saya tersebut; 2. Bangsa dan negara tercinta saya; 3. Berusaha ikut serta mengubah kebiasaan yang perlu diubah; 4. Orang-orang yang tidak curang.
Titip absen ataupun menyontek itu juga urusan pihak lain di lingkungannya. Teman-temannya yang jujur menjadi korban atas ulahnya tersebut. Ada yang rajin dan tidak curang ketika ujian dan perkuliahan, tetapi satu sisi ada yang sebaliknya. Terlihat tidak adil ketika keluar nilai, ada yang melalui proses susah payah dengan ketekunannya dan kejujurannya namun di satu sisi ada pula yang instant. Tidak akan keluar nilai murni yang mencerminkan mana yang lebih unggul dan mana yang sebaliknya.
Setia kawan supaya lulus bersama karena masuknya bersama (satu angkatan)? Entah dimana nilai kebaikannya jika setia kawan dengan cara seperti itu (melakukan kecurangan).
Sekalipun titip absen ataupun menyonteknya dilakukan atas dasar persahabatan, tetap saja itu salah.
Menurut saya persahabatan tak semurah itu, tak serendah itu.
Menurut saya, cara menyayangi kawan atau sahabat bukanlah seperti itu. Akan tetapi biarlah temanmu itu bekerja tanpa kecurangan, dan jika berusaha curang atau sudah melakukan kecurangan maka nasehatilah atau tegur dan laporkan kecurangan yang merugikan orang lain tersebut. Itu juga untuk kebaikannya dan kebaikan bersama. Ada respect untuk orang-orang yang jujur.
Tak apa menegur atau menasehatinya yang curang asalkan tidak ada rasa kebencian dan dendam terhadap individunya. Manusia pasti memiliki kesalahan dan oleh sebab itu jika ada manusia lain yang mengetahui itu salah, maka ada baiknya untuk membantunya tidak melakukan kesalahan itu lagi.
Allah SWT berfirman: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”. (Q.S. An-Nahl/16:125).
Bersama-sama tidak melakukan kecurangan juga salah satu bentuk kepedulian kepada kawan atau sahabat. Juga mengubah habit yang tidak baik menjadi baik.
Meskipun titip absen dan menyontek sudah menjadi hal yang sering terjadi di banyak kampus, tetapi apakah patut untuk diteruskan oleh generasi selanjutnya? Apalagi jika generasi tersebut menempuh pendidikan terkait sosial dan politik seperti saya yang pastinya ada diskusi ataupun debat kelas atau kelompok terkait korupsi, keadaan politik, ataupun juga sosial. Di teori terang-terangan mengatakan pro anti KKN, mengkritik para politisi yang melakukan korupsi tetapi di prakteknya malah melakukan kecurangan di perkuliahan. Sungguh bertolak belakang.
Mengapa tidak menjadi generasi yang di teori dan praktek pro anti KKN, menjadi kakak angkatan yang memberikan contoh yang baik dan benar kepada adik-adik angkatannya. Kakak angkatan juga amatlah penting dalam hal ini, begitu juga dosen. Kakak angkatan dan dosen perlu untuk memberi contoh, menjadi teladan yang baik. Mengutip kata-kata Pak Anies Baswedan, "Orang-orang baik tumbang bukan hanya karena banyaknya orang jahat, tetapi karena banyaknya orang-orang baik yang diam dan mendiamkan". Jadi janganlah mendiamkan apalagi mempersilahkan melakukan kecurangan.
Titip absen dan menyontek juga bertolak belakang dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Jujur saja saya baru terasa ketika semester ketiga di Sosial dan Politik, baru terasa hikmahnya salah pilih fokus studi. Ketika penerimaan mahasiswa baru, jujur saja saya ingin memilih Administrasi Bisnis. Tetapi karena lelah dan membuat saya tidak fokus, saya jadi pilih Administrasi Negara. Ya akan tetapi ketika dijalani, saya merasa ada yang perlu saya ubah pada diri saya contohnya saja dulu begitu cuek dengan politik karena muaknya pemberitaan begitu banyak politisi yang korup, namun setelah masuk ke jurusan tersebut saya baru mengerti mengapa politik begitu penting dalam kehidupan manusia. Didalam politik pun ada terkait kepekaan, keadilan, transparan, kejujuran, keberanian.
Orang-orang di negeri ini penting adanya revolusi mental, perlu adanya kebiasaan tidak ada kompromi terhadap kecurangan. Orang-orang di negeri ini perlu menerapkan praktek anti KKN tidak hanya di lingkungan seperti saya tersebut (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) tetapi juga di lingkungan fokus studi lainnya, tidak hanya ketika masuk ke dunia kerja tetapi juga ketika pendidikan formal maupun non-formal. Saatnya untuk bersama-sama menumbuhkan benih-benih anti KKN! Negeri ini butuh orang-orang yang tidak hanya pintar atau cerdas, tidak hanya butuh orang yang mau bekerja keras, tetapi juga jujur dan berani serta tulus!
Penutup
Shiddiq dan Ibu Pertiwi.
Shiddiq itu benar.
Shiddiq itu perisai hidup.
Perisai hidup untuk Ibu Pertiwi tercinta.
Perisai hidup untuk destinasi terakhir (jannah).
Perisai hidup itu haruslah ada didalam diri generasi muda.
Generasi muda, solusi dan harapan bangsa.
Generasi muda, mari bebas dari krisis moral!
Generasi muda, mari terapkan kebiasaan baik!
Agar tak ada lagi maling berdasi!
Mari membuat Ibu Pertiwi tersenyum bahagia!
Tersenyum bahagia akan generasi muda yang berintegritas!
------------------------------------------------------------------------------------------
Mohon maaf jika ada salah kata atau kalimat.
Dipersilahkan jika ada saran ataupun kritik, bisa ditambah ke kolom komentar. Terima kasih.