Saya bukan bermaksud untuk memojokkan atau menyerang agama tertentu termasuk agama Islam karena saya pribadi juga beragama Islam. Saya hanya ingin mengkritik manusia yang terlibat dan juga mendukung secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam aksi yang terjadi beberapa hari yang lalu, terdapat anak-anak yang menjadi pemeran dalam aksi pemboman rumah ibadah. Sungguh miris. Selain itu yang membuat saya heran juga yaitu ada yang mengkaitkan dengan pilpres tahun depan dan ada pula yang mengatakan pengalihan isu. Entah dimana hati nurani mereka. Itu yang menjadi korban banyak sekali!!
Bahkan di medsos ada yang menyalahkan pemeluk agama lain. Bahkan di dunia nyata masih saja ada yang mengatakan agama lain itu salah, tetapi ketika agama sendiri dikatakan seperti itu malah marah dan tidak terima. Mengapa ada yang menyalahkan pemeluk agama lainnya?? Kenapa ada pemikiran seperti itu, sekeras itu dan kurang introspeksi. Padahal jika ingin jujur, terorisnya yang membawa-bawa agama Islam. Jadi ya mereka yang membuat citra agama Islam menjadi jelek.
Berbanding Terbalik
Selain tinggal di Indonesia, saya juga tinggal di Jerman yang mana paling banyak ialah non-muslim. Di Jerman sana para pengungsi yang beragama Islam diberikan tempat tinggal gratis, uang saku bulanan, kursus bahasa jerman gratis yang mahalnya minta ampun, dicarikan pekerjaan, dan masih banyak lagi. Dan begitupun saya sebagai seorang muslim diperlakukan sangat baik oleh mereka. Di tempat kerja saya mendapatkan makan 3 kali sehari dan mereka memberitahu saya mana saja yang tidak bisa saya konsumsi dan begitupun sebaliknya. Ini saya ceritakan ke teman-teman saya di Indonesia. Banyak dari mereka yang kaget kok bisa gitu. Ya tentunya saya paham itu diluar pemikiran mereka.
Selain soal makanan, ada pula minuman yang mereka beritahu kepada saya mana saja yang bisa saya makan dan tidak. Bahkan ketika sebelum natal ada makan bersama bos di sebuah restoran. Kami diberikan kado natal berupa minuman. Teman-teman saya mendapatkan minuman beralkohol dan saya mendapatkan jus yang pastinya tidak ada sedikitpun alkohol di dalamnya.
Saya juga boleh pergi ke masjid untuk sholat jumat dan diberikan waktu 1 jam padahal bukan jam istirahat lagi. Tentunya kalau lebih dari 1 jam, saya harus menambah jam kerja saya sesuai dengan berapa menit tambahan waktu yang telah saya gunakan untuk sholat jumat. Tetapi jika dihitung-hitung saya mempunyai waktu istirahat yang lebih banyak daripada rekan kerja lainnya. Dan perlu ditekankan bahwa Jerman adalah bukan seperti Indonesia yang mana muslim menjadi terbanyak. Di Jerman, non-muslim adalah yang terbanyak. Tetapi orang-orang Jerman yang non-muslim sangat respect dengan pemeluk agama lainnya.
Ketika natal saya pergi ke dan menginap di rumah teman saya yang berkewarganegaraan Jerman. Ya saya ikut natalan di rumahnya! Tidak hanya di rumahnya, melainkan juga di rumah orang tua pacarnya. Tetapi tenang saja, saya tetap meyakini agama Islam!
Ketika natal di rumah teman, saya diberitahu mereka tidak akan memasak daging babi meskipun mereka bisa saja memasak itu. Mereka tidak memasak daging babi karena saya berkunjung ke mereka. Begitu ucap teman saya. Mereka menghormati dan menghargai saya yang berbeda keyakinan dengan mereka. Luar biasa bukan? Mereka termasuk dalam golongan paling banyak (beragama non-Islam) tetapi mereka menahan diri untuk tidak memasak daging dan juga minuman yang beralkohol.
Di satu sisi di negara sendiri ada saja yang menyalahkan pemeluk agama lain bahkan mengkritik ideologi agama lain tanpa mau dikritik. Dan lucunya ia ingin ke negara yang mayoritas non-muslim dan beralasan ingin bertukar budaya. Menurut saya ya sudahlah, hendaknya saling menghormati satu sama lain. Kalau tidak mau dikritik dalam hal “A”, ya sudahlah jangan mengkritik dalam hal “A” juga.
Tetap Indonesia!
Saya sangat kecewa dengan kondisi di dalam negeri sendiri, tetapi saya tidak akan mengubah kewarganegaraan saya meskipun peluang tersebut sangat terbuka lebar untuk saya. Jadi sekali lagi, janganlah beranggapan saya nyaman di luar negeri dan ada niatan untuk mengganti kewarganegaraan. Saya dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia, dan tentunya saya juga mempunyai keluarga besar di Indonesia. Saya tidak akan mengubah kewarganegaraan saya, justru saya ingin suatu saat nanti ikut serta membangun negeri tercinta Indonesia.
Harapan
Saya mengharapkan kita semua untuk bersama-sama introspeksi. Saya mengharapkan kita semua untuk hidup rukun sekalipun berbeda keyakinan. Saya mengharapkan tidak ada lagi nyinyir atau sindiran yang bisa mengakibatkan perseteruan atau perbedebatan antar pemeluk agama. Dan tentunya saya juga mengharapkan tidak ada yang mengkaitkan dengan hal-hal yang tidak ada hubungannya apalagi berdasarkan dendam dan iri hati. Saya juga mengharapkan kita semua sangat bersyukur mempunyai beragam budaya, agama, suku di Indonesia.
Jadilah manusia sebagaimana manusia pada umumnya. Manusiakanlah manusia lainnya! Hidup kemanusiaan! Hidup negeri tercinta, Indonesia!