“Bang, bang dika mah enak. Setahu aku ada jatah 1 orang per keluarga di Bank I*******”.
“Dik, lu mah enak bokap lu kerja di Bank I*******. Udah pasti kaya raya dan mudah dapat kerjaan disana”.
Itulah beberapa ucapan yang sering kali saya dengar dari lingkungan saya. Ayah saya memang pensiunan dari salah satu bank terkemuka di Indonesia, tetapi itu bukan berarti saya ataupun anggota keluarga lainnya bisa dengan mudahnya bekerja disana. Adik saya pada tahun 2017 mencoba mengikuti test masuk kerja di Bank tersebut, tetapi tidak lolos pada saat test kesehatan (test terakhir). Dia mengatakan soal-soalnya sangat sulit dan banyak ada 500 soal pada saat itu dan dia hanya menjawab sekitar 260 soal. Itulah salah satu bukti bahwa tidak seperti yang orang-orang katakan bahwa mudah untuk keterima kerja disana selagi masih anggota keluarga.
Bahkan sepupu saya ada yang 3 sampai 4 kali mengikuti test masuknya dan tidak keterima juga. Ibu saya mengatakan, banyak juga anggota keluarga dari rekan-rekan kerja ayah saya yang tidak keterima disana.
Jujur saya sangat kesal ada gosip yang mengatakan bahwa mudah untuk keterima kerja disana untuk anggota keluarga. Faktanya tidaklah seperti itu.
Ayah saya juga pernah mengatakan bahwa “jabatan atau profesi bukanlah warisan”. Ya! Begitulah di keluarga kami. Dan saya sangat bangga.
Lalu bagaimana dengan saya? Apakah saya pernah mendaftar untuk bekerja disana? IPK saya lebih tinggi daripada adik saya, tetapi saya memutuskan untuk tidak mendaftar di tempat kerja yang sama dengan orang tua saya. Saya ingin mencegah adanya gosip seperti yang saya sampaikan diatas tadi. Saya pun sama sekali tidak tertarik dengan perbankan. Bahkan ketika kuliah, saya pernah berdiskusi dengan dosen wali dan wakil ketua jurusan di program studi saya tentang mata kuliah pilihan pada saat itu yaitu mata kuliah pilihan perbankan. Saya tidak ingin mengambil matkul tersebut, melainkan yang lainnya yang tidak berkaitan dengan perbankan. Itu karena saya tidak ingin orang-orang mengatakan yang aneh-aneh tentang saya dan keluarga saya.
Dan tenang saja, saya malah mempersilahkan orang lain yang mau bekerja disana untuk mendaftar kerja disana. Saya memilih untuk di profesi lainnya.
Dan juga tenang saja, keluarga saya bukanlah tipe “jalur belakang” atau “jalur pintas”. Ayah dan ibu saya bekerja dari “0” sampai akhirnya berada di posisi sekarang. Kakak saya dan saya pun begitu, kami dari “0”. Adik saya sampai saat ini malah belum mempunyai pekerjaan. Kami diajarkan untuk keluar dari zona nyaman.
Itulah keterangan saya terkait dengan pekerjaan di dunia perbankan yang dikaitkan dengan keluarga saya. Saya membuat artikel ini karena menurut saya, saya sudah harus menjelaskannya.
Mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan saya. Terima kasih.