Salah satu hal yang bertransformasi seperti itu adalah media pemberitaan. Media pemberitaan seputar umat Muslim pun tak luput dari transformasi.
Banyak info dari situs yang kerap kali membahas kondisi umat Muslim, tak sekedar menamakan situsnya dengan nama-nama yg Islami. Tetapi apakah lantas harus langsung percaya dengan semua pemberitaannya?
Dari perspektif fenomenologi tersebut, penulis merasa perlu untuk tak mengacuhkan teori tersebut dalam rangka mengetahui suatu objek. Suatu objek bisa berupa suatu masalah, sifatnya relatif.
Menurut penulis, perlu untuk menerapkan cara berpikir fenomenologi tersebut dalam hal mengetahui kebenaran setiap informasi atau berita yang ditautkan oleh apapun situsnya yang sekalipun bernuansa kepedulian terhadap umat Muslim. Karena menurut pengamatan penulis, terdapat banyak situs bernuansa kepedulian terhadap umat Muslim yang melenceng dari aturan yang seharusnya. Mulai dari foto berita dan isi berita yang tak sinkron, judul yang provokatif, berita berupa hasutan yang tak baik, sampai dengan plintiran. Bahkan tak jarang pemblokiran situs dari pihak pemerintah juga mengarah ke situs-situs seperti itu. Bukan karena tidak suka bahkan benci dengan agama Islam, melainkan karena pelanggaran-pelanggaran seperti yang tadi penulis sebutkan sangat bahaya untuk diletakkan di dunia maya.
Menurut penulis, justru pemblokiran tersebut seharusnya menjadi koreksi untuk lebih baik lagi kedepannya. Klarifikasi adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan, namun tak angkuh untuk mengkoreksi juga tak kalah penting.
Situs-situs bernuansa kepedulian terhadap umat Muslim bahkan jika ada memuat ajaran Islam dari salah satu atau beberapa Mazhab itu baik jika cakupannya benar-benar Islam yang rahmatan lil' alamin, tidak melenceng ke hal negatif. Kedamaian adalah unsur yang wajib dalam Islam. Keberimbangan adalah unsur yang wajib dalam jurnalisme. Kejujuran dan transparansi adalah dua prinsip yang harus diemban dan perlu suatu keharusan akan konsistensi dalam penerapannya. Jangan lupa juga akan edukasi yang baik untuk umat Muslim termasuk dari segi ajaran dan berita.
Pembahasan ini pun bukan berarti tak respect terhadap agama penulis sendiri yaitu Islam. Bila perlu bicara dan mempertanyakan akan solidaritas penulis terhadap sesama umat Muslim, biarlah pencipta penulis yang mengetahuinya. Tetapi yang pasti menurut penulis, solidaritas itu bijak jika lebih dulu melihat apa konteksnya atau substansinya.
Penulis perlu membuat tulisan ini, karena penulis merasa perlu untuk mengingatkan sesama umat beragama pada umumnya dan sesama umat Muslim pada khususnya. Mengingatkan untuk tetap waspada, perlu adanya berpikir kritis terhadap berita seputar Muslim, tidak hanya berita seputar hal umum selain seputar Muslim. Perlu adanya berpikir kritis terhadap tulisan ini pula. Saling menguatkan untuk tetap berada di jalan yang baik dan benar adalah suatu keindahan.
Waallahu a'lam.